KORDINAT.ID – Pemerintah dan Masyarakat Kecamatan Tomini secara serentak menjalankan tradisi “Mandi Safar” di 7 desa se-Kecamatan Tomini, Rabu (06/10).
Camat Tomini, Abidin Patilima, mengatakan Tradisi Mandi Safar di Kecamatan Tomini adalah satu kearifan lokal yang harus dilestarikan dan telah menjadi budaya turun temurun yang mesti dirawat dan dilestarikan
“Mandi Safar ini adalah tradisi dan budaya yang diikuti oleh setiap masyarakat Kecamatan Tomini. Dengan harapan dapat terhindar dari segala macam bencana malapateka dan akan digantikan dengan berkah dan rahmat bagi kita semua khususnya di daerah,” kata Abidin Patilima.
Selain itu, Abidin Patilima, menjelaskan dalam ritual Mandi Safar dibacakan Barzanji secara bersama-sama oleh pemangku adat bersama pegawai sya’ri dan warga se-Kecamatan Tomini disertai dengan doa menolak bencana dan diakhiri dengan mandi masal di sungai atau di pantai seputaran desa.
“Pelaksanaan ritual Mandi Safar dilaksanakan pada hari Rabu akhir bulan safar. Yang dimulai pada malam Rabu dengan membaca ayat-ayat suci Al’quran, barjanji serta berzikir di Masjid. Tepat hari ini, Rabu merupakan puncak pelaksanaan ritual Mandi Safar,” jelas Abidin Patilima.
Lanjut Camat, untuk perayaan tahun ini memang tidak mengundang pejabat daerah karena sedang dalam kondisi pandemi dan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang dipusatkan di satu tempat.
“Akan tetapi hal ini tidak mengurangi khidmatnya kegiatan karena ini merupakan wujud komitmen pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan budaya dan kearifan lokal,” ujar Bung Abhi sapaan akrabnya.
Sementara itu, Kepala Desa (Sangadi) Milangodaa, Wartin Mooduto, menyampaikan Kegiatan Tahunan Mandi Arba’atul Akhiru atau Mandi Safar, dalam adat Gorontalo yaitu Lihu Lolilu.
“Harapannya semoga dengan dilaksanakan kegiatan ini yang di awali dengan do’a dan diakhiri dengan mandi oleh semua masyarakat di harapkan agar semua penyakit dapat hanyut di laut tersebut,” tutup Bunda Wartin Mooduto.
Advertorial/Adr