KORDINAT.ID – Beberapa orang masih mengenakan pakaian hitam putih tengah berfoto di salah satu tempat wisata tracking mangrove. Nampaknya mereka sedang menikmati keindahan wisata alam di Kabupaten Bolsel setelah mengikuti tes SKD CPNS. Sore di tanggal 7 Oktober 2021 cuaca begitu mendung. Air hujan baru saja usai membahasi tracking wisata hutan bakau itu.
Wisata tracking mangrove ini berada di Desa Tabilaa, Kecamatan Bolaang Uki, dengan panjang mencapai 180 meter dan lebar sekitar 2 meter. Lokasi wisata yang diresmikan Bupati Bolsel, Iskandar Kamaru, pada 29 Januari 2021 ini terbilang strategis karena berada di depan pusat perkantoran pemerintah daerah setempat. Hanya sekitar 10 menit dari Molibagu, jika menggunakan sepeda motor atau mobil.
Kabupaten Bolsel sendiri memang terkenal dengan keindahan wisata alamnya: mulai dari wisata underwater, hiu paus, pasir putih, paralayang, air terjun, dan tentu tracking mangrove. Hutan yang begitu luas ini belakangan dimanfaatkan oleh pemerintah di wilayah itu untuk mengait para wisatawan demi menambah pendapatan asli daerah, serta memiliki asas manfaat untuk masyarakat di area tempat wisata.
Hampir setiap desa pesisir di Bolsel yang dihidupi hutan mangrove didesain menjadi wisata alam. Guna mengembangkan ide itu, kolaborasi antara pemerintah desa dan Dinas Pariwisata Kabupaten Bolsel adalah kuncinya.
“Saya sangat mengapresiasi pemerintah daerah dalam hal ini Bupati Bolsel yang sudah memberikan perhatian utamanya di bidang pariwisata bagi Desa Tabilaa,” ujar Bendahara Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tabilaa, Puspita Amiri.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bolsel, Wahyudin Kadullah, menjelaskan pengelolaan wisata mangrove tersebut pihaknya memfasilitasi berupa pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), mulai dari pelatihan dan pemberdayaan masyarakat.
“Kami juga sudah berkolaborasi dengan pemerhati lingkungan lewat penguatan kelembagaan Masyarakat Sadar Wisata (Masata),” ujar Yoex sapaan akrabnya dan menambahkan terdapat lima wisata mangrove yang ada di Bolsel.
Selain itu, ia menuturkan, konsep pengembangan ekowisata mangrove di Bolsel ke depan bakal diintegrasikan dengan wisata bahari rekreasi, yakni snorkeling. Katanya, supaya pengunjung memiliki beberapa referensi wisata dalam satu kawasan.
Yoex mengatakan, gagasan selanjutnya adalah terkait wisata edukasi konservasi mangrove menjadi produk layak jual yang tentu berbasis ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sementara itu, Kadullah mengungkapkan, tidak kalah penting yang menjadi tantangan dalam dunia pariwisata saat ini adalah bagaimana bisa bangkit di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai, mulai dari memperhatikan protokol kesehatan serta sarana dan prasana penunjung wisata tersebut.
“Kemarin lewat dana hibah Pariwisata, Dinas Pariwisata Kabupaten Bolsel telah mengadakan fasilitasi bimtek CHSE (Cleanlinees, Heat, Safety, Environment Sustainability) sekaligus mendistribusikan item CHSE untuk penerapan protokol kesehatan dan revitalisasi sarana dan prasana di objek wisata,” tandasnya.
Apr