KORDINAT.ID – Masyarakat Desa Tobayagan, Kecamatan Pinolosian Tengah, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) menyebutkan, sudah kurang lebih setahun merasakan dampak buruk akibat beroperasinya Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Hulu Tobayagan, terlebih mereka yang berprofesi sebagai nelayan.
Menurut masyarakat setempat, sungai Desa Tobayagan yang dulu airnya begitu jernih, lalu mengalami perubahan warna menjadi keruh dan disertai lumpur, diakibatkan limbah PETI di hulu Tobayagan. Masalah ini pun berimbas kepada masyarakat nelayan yang biasanya beraktivitas tak jauh dari muara sungai.
“Aliran sungai Tobayagan ini kan pasti berakhir di laut. Semenjak sungai berubah menjadi keruh dan disertai lumpur, nelayan di sini susah mendapatkan hasil tangkapan ikan,” kata Sahari Podomi, salah satu nelayan Desa Tobayagan, Rabu (3/11).
Ia menjelaskan, kebiasaan masyarakat nelayan Tobayagan pada umumnya dalam menangkap ikan yaitu dengan menggunakan soma dampar dan bagan apung, yang aktivitasnya tak jauh dari muara sungai.
“Namun itu hanya dulu, sekarang tidak lagi. Sudah sangat susah mendapatkan ikan di sekitar pantai Tobayagan ini. Baik itu ikan teri maupun jenis ikan lainnya,” ujarnya.
Meskipun begitu, Sahari mesti memutar otak. Ia tak boleh meratapi keadaan alam yang sudah semakin rusak akibat penambangan emas ilegal itu, sebab pria paruh baya ini mesti menghidupi istri dan anaknya yang ada di rumah.
“Saya harus cari ikan di tempat lain. Misalnya sampai di Laut Matandoi. Tentu biaya untuk melaut juga bertambah, seperti bensin, rokok dan makanan. Kadangkala, biaya pengeluaran justru lebih besar dari pendapatan,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Karang Taruna Desa Tobayagan, Iman Vandeim, mengatakan sejak air sungai menjadi keruh dan disertai lumpur tak bisa lagi digunakan oleh masyarakat setempat. Padahal dulu bisa dimanfaatkan seperti mencuci pakaian, mandi maupun memberi minum hewan ternak.
“Masyarakat sudah takut melakukan aktivitas di sungai ini. Takut akan terkena penyakit atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Padahal dulu sungai ini adalah sumber utama kebutuhan masyarakat,” tandasnya.
Iman pun menegaskan akan terus berjuang untuk menolak PETI di Tobayagan; yang pada kenyataannya merusak lingkungan dan merenggut sumber penghidupan masyarakat.
Pri